Thursday 7 July 2011

hitam

Aku diam. Sedangkan ia, ia hanya memandangku tanpa tahu harus berkata apa. Sejenak, hanya rintik hujan yang kudengar.
“Hujan di luar,” kataku.

Perlahan ia berjalan menuju jendela kamar kami. Tiba-tiba ia menangis sambil memandangi hujan di sore itu.
Aku berkata lagi, “Sudahlah, ia sudah mati. Untuk apa kau tangisi lagi?”

Ia diam.
Lalu memandangku dengan tatapan tajam, “Ia mati karena dibunuh kau! Ayahnya sendiri. Lalu sekarang kau menyuruhku berhenti menangis?”

No comments:

Post a Comment