Sunday 7 November 2010

just for you, teman bercacat ria :)

Kamu bukan siapa-siapa. Ketika kau memberi ide ketika kau ingin membuatnya lebih baik, mereka tidak akan memerdulikanmu. Mereka juga bukan siapa-siapa bagimu. Bagimu mereka juga hanya angin lalu.
“Saya sudah berusaha baik memberikan ide, tapi kalau tidak mau dipakai ya sudahlah. Saya tidak peduli juga toh mereka yang rugi.”
Bukannya sombong, tapi mereka memang tidak tahu sebesar apa pengaruhmu. Mereka tidak pernah merasakannya dan kalian pun malas untuk memerjuangkan itu, karena bagi kalian itu tidak terlalu penting.
Lain halnya dengan kamu yang ada di tempat lain. Sebuah tempat yang kamu rasa tempat tinggalmu.
Kamu akan bersikeras untuk membuat segala sesuatunya lebih baik, karena kamu mau mereka lebih baik dari itu.
Kamu perhatian, tidak mau sampai mereka kehilangan hal yang harusnya lebih baik dari itu.
Bersikeras agar pendapatmu dipakai, walau harus dengan perang urat saraf, itupun kamu perjuangkan untuk mereka sendiri.
Dan hanya dengan merekalah kamu bisa menangis, tertawa, ataupun cacat bersama. Melakukan hal-hal gila, melakukan hal-hal yang tidak ada satupun orang yang mengerti selain kalian.
Ketika orang mencibir. Kalian tidak peduli.
“Kami ya kami. Kalian ya kalian. Kami senang dengan apa yang kami lakukan. Kami membuat diri kami sendiri berarti di antara kami. Kalian tidak akan tahu. Dan kami juga tidak mengajak kalian untuk tahu.”
Betapa pun mereka jahat padamu, betapa pun mereka membuatmu sakit hati, kamu akan kembali kepada mereka. Karena hanya mereka yang mengerti dirimu. Sakit hati itu hilang seketika ketika mereka tersenyum. Mengajak kalian untuk bersama menghadapi hari.
Jarak tidak akan memisahkan kita. Memori selalu ada. Dan itu yang selalu mengajak saya untuk kembali mengingat kalian. Hanya satu kata untuk mendeskripsikan hati saya: kangen.
“Hanya dengan kalianlah saya bisa cacat secacat-cacatnya tanpa merasa takut dikucilkan dan tanpa ada beban melakukannya. We laugh we play we cry we grow up and mature together. We’re still being friends together, Aren’t we?”

Untuk teman SMA dan yang merasa dekat dengan saya,

Ryl’s

Wednesday 3 November 2010

O t a k m u

Dear someone,
Hidup itu sederhana jika kita menganggapnya sederhana. Dan hidup akan lebih rumit ketika kita membayangkan itu sangat rumit. Segala sesuatu berasal dari pikiran kita. Aku masih belum bisa berpikir, bagaimana Tuhan itu membuat kita? Otak dengan kapasitas berbeda-beda.
Ketika kita tidur, pernahkah kalian berpikir kita ada di mana? Tempat di mana mimpi-mimpi berlangsung. Yang aku bingung, mimpi itu kadang tidak sesuai dengan keinginan kita. Setahuku, mimpi itu adalah konstruksi dari pikiran kita. Bagaimana bisa otak kita memerintahkan sesuatu itu untuk membuat suatu alam lain yang berlainan dan tidak sesuai dengan kemauan kita? Alam bawah sadarkah?
Aku sering bermimpi. Bermimpi yang terkadang tidak masuk akal. Aneh. Di luar jangkauan kita sebagai manusia. Dan bisa juga bermimpi tentang sesuatu yang aku inginkan. Aku pernah bermimpi tentangmu dan tidak hanya satu kali.
Yang ingin aku tanyakan, siapa yang mengkonstruksikan itu semua? Tuhan tidak mungkin punya cukup waktu. Apalagi untuk mengkonstruksikan alam mimpi kita yang tidak jelas ada di mana.
Alam mimpi? Di manakah itu? Bagaimana bisa seseorang berada di tempat lain, tapi kita sendiri yang mengalaminya pun tidak tahu kita ada di mana. Dan anehnya kita akan kembali ke dunia di tempat kita berada setelah beberapa jam. Jam yang tidak jelas ditentukan oleh siapa.
Kalau kita tidak bangun dari tidur kita, ke manakah kita? Alam antara bawah sadar dan sadar? Ruang hampa? Ketika kita tidak bermimpi, di situkah kita? Alam yang semuanya hitam, dan tiba-tiba kita bangun lagi ke alam sadar.
Itu rahasia alam dan Tuhan. Aku pun tidak akan berpikir tentang itu lagi. Terlalu rumit untuk otak kita untuk memahami jagad raya ini.
Bahkan rumit bagiku untuk mengerti satu otak yang dibuat Tuhan, yaitu otakmu.

Ryl’s
3 November 2010

D u a

Ada dua cara mencintai dalam duniaku
Kekuatan bahasa
Kekuatan visualisasi

Masing-masing memiliki kehebatannya
Masing-masing memiliki kekurangannya

Ketika kata tercipta
Ketika sentuhan digital bersatu

Dua pihak yang berbeda
Tapi cinta hanya satu
Hati terbagi menurut versinya

Aku tidak bisa memilih
Keduanya menyenangkan bagiku

Aku tak tahu akan datang apalagi
Ketiga?
Atau kecintaanku yang satu akan menghilang?
Sebelum dia pergi, aku harus memilih

Atau meninggalkan semuanya?
Cintaku satu tapi dua versi
Aku tak bisa menggabungkan keduanya
Masing-masing punya kekuatan
Bahasa dan digital

Aku yakin bisa, tapi kalau itu
Itu akan merujuk ke satu versi.
Bahasa dengan visualisasi
Atau
Visualisasi dengan bahasa?

Hatiku membelenggu
Disonansi
Selama aku tidak bisa memilih
Aku pertahankan dua versi cinta ini

Dua kecintaan yang berbeda
Sampai satu hilang
Atau keduanya hilang

Ryl’s
Minggu sebelum November

n e v e r m i n d

Kata itu bukannya untuk membuatmu merasa ‘oke’. Kata itu untuk memancingmu merasakan apa yang kurasa. Kamu tak tahu apa yang sudah kulalui tadi malam. Dan penjelasanmu itu terlalu cliché. Aku sudah menghapusmu dari ponselku. Aku terlalu baik untukmu. Sakit, dan ketika kau membalasnya lagi, aku kembali sembuh. Kali ini tidak. Kapan kau bisa rasa apa yang kurasa? ini bukan masalah kata-kata, perhatian, apapun itu.
Kamu tahu? Ketika tadi malam aku menghapusmu, aku malah memimpikanmu.
Kau meminta maaf. Menciumku di bibir. Memelukku. Dan kamu tahu? Itu semua kau lakukan di depanku saat aku tidur.
Mimpi itu serasa nyata, sampai akhirnya aku bangun dan yang kudapati alam nyata, tanpa satu pun kata maaf darimu.
Alam bawah sadarku tahu, yang kuinginkan cuma itu. Dia membuat dunia mimpi seakan nyata untukku. Bisakah keduanya bercampur? Hanya untuk masalahmu saja.
Kau menjelaskan segalanya sekarang. Meminta maaf seakan aku lelucon terbesarmu. Sudahkah kau lihat pesan itu: G O A W A Y. Kau tidak merasa pesan itu untukmu. Tanpa rasa bersalah. Seakan semua baik-baik saja. Sedangkan aku tahu, kamu tahu aku siapa. Orang yang menunggumu membalasku. Meski hanya satu kata saja.
Dan dengan terpaksa kali ini aku lebih ingin membisu. Aku ingin kau rasakan juga apa yang kurasakan.
Satu kata untuk menutupi apa yang kurasakan tadi malam.

Never mind.
Hahahaha. Oke.

Ryl’s
3 November 2010